itu adalah tiga detik terlama dalam hidupku
saat perak berlalu di antara kayu;
saat sinar menoreh luka di retina
yang tercabik raga, pemasung jiwa
bukan biasa ini tak sengaja
aku diam tak mampu bicara;
kaki terpaku aku termangu
dewi memandang sembuhkan rindu
dalam tiga detik yang berhenti
lupa berdegup, jantungku mati;
keindahan langit telah didaulatkan
pada inkarnasimu, wahai puan
dan tersadar, ku tak mau enyah
ruang piluku telah kau debur basah;
ingin menyentuh membunuh akal,
mungkinkah afeksi berakhir sesal?
di sana untuk selamanya aku mau
di tiga detik yang hening itu;
terus tak lepas, kupandangi dan kulihat
karena romansa berakhir di hitungan ke empat