Segala yang memiliki awal, pasti memiliki akhir. Karena akhir adalah keniscayaan.
Lebih dari satu tahun sejak Dila memukau saya dengan musikalisasinya terhadap puisi saya, akhirnya bagian ketiga dari sebuah trilogi pun lengkap. Penantian yang sangat sepadan, musikalisasi “Senja Datang” oleh Dila menjadi sebuah karya yang sangat menggugah, penuh emosi, sebuah kemenangan rasa. I am so humbled.
Di musikalisasi ini saya juga mendapat kehormatan karena diberi izin oleh seorang musisi berbakat untuk menggunakan karyanya. Terima kasih kepada Febriann (Layur) yang memperbolehkan lagunya “Secangkir Teh, Rintik Hujan dan Beberapa Baris Melodi” yang indah untuk digabungkan dengan puisi saya yang sederhana ini.
Both of you, thank you. Such an honor.
*Klik tautan artikel untuk menampilkan puisi.
Senja Datang
2014
senja datang menghantar rembulan
menembus kabut, gemintang tersemat
angkasa tersibak, menyingkap angan
kesendirian mencoba mendekap hangat
kita mengiris janji, melawan waktu
keputusasaan mimpi yang membakar asa
desah penantian hanya membawa sendu
kesederhanaan itu tak kunjung menyapa
remuk, hancur, membisu dalam semu
wajah yang menerpa, kini terbaring sepi
penyesalan, tenggelam melarut biru
tersapu getir ingatan pencengkram hati
laut membeku, mendung tanpa akhir
karena dirimu ada, jauh di sana
embun menetes, sungai mengalir
karena dirimu di sana, ada
senja datang mencium keningku
ia bertanya “apa yang kau risaukan?”
ombak menyisir pantai, terkikis waktu
angin berbisik, “akhir adalah keniscayaan..”