Buku Terjemahan

Mulai saat ini saya tidak akan lagi membeli buku terjemahan ke Bahasa Indonesia. Saya hanya akan membeli buku dalam bahasa aslinya bila berbahasa Inggris. Atau terjemahan ke bahasa Inggris, bila naskah aslinya berbahasa selain Inggris. Saya hanya akan membeli buku ber-Bahasa Indonesia bila buku tersebut memang ditulis dalam Bahasa Indonesia.

Penyebabnya ada tiga. Tiga judul buku yang saya beli dalam bentuk terjemahan tepatnya.

Pengalaman tidak mengenakkan pertama adalah saat membaca buku “Benturan Peradaban” (“The Clash of Civilizations”) karangan Samuel P. Huntington. Seharusnya untuk buku seperti ini, penerjemahnya memiliki wawasan geografis dan geopolitis yang luas. Bayangkan kekecewaan saya saat penerjemah menerjemahkan “Czech” menjadi “Chechnya”.

Yang kedua adalah saat membaca terjemahan “Tao of Physics” karangan Fritjof Capra. Buku ini membahas fisika kuantum modern dari sudut pandang agama Taoisme. Penerjemah sama sekali tidak tahu apa yang dia tulis. Atau mungkin dia tahu, hanya saja dia mengetik dalam keadaan teler karena menghisap ganja.

Fisika kuantum dari sudut pandang mistisisme Timur memang bukan buat semua orang.

Fisika kuantum dari sudut pandang mistisisme Timur memang bukan buat semua orang.

Yang terakhir adalah buku yang saya beli tidak lama ini, “The Prague Cemetery” karya Umberto Eco. Sang penulis pernah berkata bahwa ia sengaja membuat novel ini sulit dicerna semenjak bab-bab awal. Dia ingin hanya pembaca serius saja yang akan meneruskan buku ini hingga selesai. Saya menduga sang penerjemah sudah menyerah di paragraf-paragraf awal.

Tiga pengalaman tidak mengenakkan tersebut membuat saya memutuskan hanya akan membeli buku bahasa Inggris untuk buku-buku asing. Tidak masalah harganya lebih mahal, yang penting saya dapat memahami pemikiran sang penulis. Beberapa buku kesukaan saya sepanjang masa saya baca dalam versi Inggris.

Semoga penerjemah buku kita semakin berkualitas, tidak hanya dalam penguasaan bahasa Inggris, tetapi juga dalam bidang yang dibahas oleh buku yang ia terjemahkan.

2 thoughts on “Buku Terjemahan

  1. Buku pelajaran/kuliah? Hehe. Saya sempat mencoba membeli buku kuliah berbahasa Indonesia, terus saya bandingkan dengan bahasa Inggrisnya. Lebih “enak” baca buku bahasa Inggrisnya, sih, tapi kosakata saya masih kurang banyak sehingga membacanya butuh waktu lebih lama.

    Setuju dengan harapannya, semoga penerjemah buku kita semakin berkualitas sehingga maksud yang ingin disampaikan penulisnya dalam bahasa aslinya tidak hilang di terjemahan (“lost-in-translation”).

Leave a reply to Ted Kesgar Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.