Minangkabau kini

Satu hal yang sulit saya pahami dari etnis Minangkabau saat ini adalah betapa jauh berkurang sumbangsihnya pada keberagaman dan kekayaan pemikiran di negara ini, terutama bila dibandingkan dengan satu abad lalu. Ya tentu saat ini masih ada tokoh-tokoh berdarah Minang yang memiliki sumbangsih pemikiran yang hebat di berbagai faset keilmuan, namun saya pikir tidak dapat dikatakan sesignifikan di masa lalu.

Continue reading

Ohdio.fm Tech Stack

Ohdio Loves JavaScript

This article is re-posted from my (now repurposed) Medium blog. Original post date: Dec 13, 2013

This is an article I’ve been wanting to write for quite some time and now I finally got the time. There are several reasons why I wanted to tell people, especially the local web development community, about Ohdio.fm’s tech stack. First of all, I wanted to share the technologies we use, so that other aspiring/established startups might gain some insight, or perhaps inspiration, from what we’re doing. Secondly, I personally am quite proud of what we have achieved in Ohdio.fm,- technology-wise -, from the backend technologies to the front-end development.

Continue reading

To Startup Or Not To Startup

Is That The Question?

This article is re-posted from my (now repurposed) Medium blog. Original post date: Nov 12, 2013

Ah, the romance of a startup life. Making your own decisions, handling your own customers, trying to make money from a product you really love. Well, it sucks really.

It takes a big chunk out of your life. It takes you away from the ones you really care about. It makes you live shorter (I guess, I dunno).

Continue reading

Generasi

Tadi malam saya berbincang dengan anak perempuan yang sekarang duduk di kelas 7.

anak: You’re so old. Are you Boomer?
saya: No. I’m Gen-X.
anak: *tertawa*
saya: What?
anak: Aren’t you the one who’s always forgotten?

Di sini saya lantas teringat kalau anak-anak saya adalah bagian dari Gen-Z, generasi yang disebut “digital natives”. Generasi yang terlahir ke dunia digital. Mereka sama sekali tidak mengenal apa itu teknologi analog. Jauh berbeda dari kakek-nenek mereka, para Boomers, yang dilahirkan, berkembang besar, dan menghabiskan sebagian besar kehidupan dewasa mereka di dunia analog. Dunia media cetak, dunia penerbitan besar, dunia di mana informasi disampaikan oleh koran, radio, dan stasiun televisi raksasa.

Continue reading

Privilege

Di Twitter kembali ramai perdebatan soal privilege gara-gara seorang YouTuber terkenal (sebut saja namanya Jerome Polin) mengatakan bahwa seolah-olah privilege itu semu. Dari serangkaian twit-nya, saya menangkap pesan bahwa asalkan effort-nya cukup, semua orang pasti akan mampu meraih kesuksesan, apapun itu.

Continue reading

Berhenti Pasrah

Pikiran ini terlempar ke beberapa tahun lalu. Di suatu siang di awal tahun 2016 saya sedang berada di sebuah mal di Bandung bersama anak bungsu, setelah satu hari sebelumnya mengantarkan anak sulung ke stasiun kereta untuk mengikuti darmawisata SMA di Bali.

Saya masih dapat mengingat jelas peristiwa siang itu, saat melihat siaran langsung di televisi yang tergantung di ruang tunggu sebuah bioskop. Siaran langsung dari selat Bali. Sebuah feri dikabarkan tenggelam. Hati saya menciut.

Continue reading

Dingin & Pragmatis

Kala elit politik terang-terangan memperlihatkan bahwa mereka adalah para pemain yang pragmatis, pendukung fanatik terus saja memuja remah-remah idealisme yang tersisa di para junjungan. Bahkan para pendengung politik yang seharusnya lebih profesional, masih terjebak dalam dikotomi kami vs kalian di media massa dan media sosial. Dengan hiruk pikuk yang disebabkan oleh terobrak-abriknya identitas politik para kandidat, seharusnya kita semua sudah dapat melihat di luar lingkup identitas ideologi, apakah ideologi dunia ataupun ilahiah. Seharusnya kita mulai melihat para kandidat lebih kepada program-program yang mereka tawarkan, bukan sekadar identitas yang berhasil (atau gagal) mereka tampilkan. Sudah saatnya pemilih di Indonesia untuk lebih cermat dan logis.

Continue reading

Algoritme dan Bias Pemikiran

Kasus Cambridge Analytica membuat penggunaan data pribadi di dunia maya menjadi buah bibir. Agensi ini dianggap bersalah karena menggunakan data pribadi pengguna Facebook untuk kampanye-kampanye politik. Mulai dari Brexit hingga pemilihan presiden di Amerika Serikat. Efeknya pada tatanan dunia tidak dapat dikatakan kecil. Facebook sebagai landasan bagi pergerakan agensi tersebut dianggap bersalah karena tidak dapat menjaga privasi data penggunanya.

Continue reading